Tuesday, May 21, 2013

Happiness VS Sadness

pic by FreeDigital
Wow, tulisan ini sudah dimulai sekitar 2minggu yang lalu, tapi.... karena satu dan lain hal, sayangnya ga bisa cepet2 di poting :( Anyway, lanjut aja lah..

Bahagia!! Siapa sih yang ga mau bahagia, saya, kamu kita semua ingin menjadi bahagia. Sedih, siapa coba yang pengen sedih, kita semua pasti berharap kalo sedih jangan lama-lama.


Tahu ga temen-teman, kebahagiaan sejati itu adalah kebahagiaan di akhirat nanti, saat timbangan kebaikan kita lebih berat dibandingkan timbangan keburukan, saat pintu surga terbuka untuk kita, saat kita bisa bekumpul menarik seluruh anggota keluar kita di surga Nya. Ya itu lah kebahagian yang sesungguhnya. 

Begitu pun dengan kesedihan atau musibah yang sesungguhnya, saat kita menyadari sudah tidak ada jalan kembali untuk memperbaiki amalan kita, saat ruh sudah di ujung tenggorokkan dan kita belum melakukan apa-apa untuk akhirat kita, saat timbangan keburukan kita ternyata lebih berat dari timbangan kebaikan, saat panas neraka sudah terasa meski masih jauh dari jasad. Naudzubillah.

Sekarang kita masih hidup, lalu apa kita tidak bisa merasakan bahagia?. Bukan itu yang ingin saya sampaikan disini, bukan lantas jadi kita tidak bisa merasakan bahagia atau tidak boleh merasa bahagia dalam hidup ini. Karena suatu peristiwa, saya jadi merenung, seperti disadarkan dari tidur yang panjang #lebay :p 

Kebahagiaan datang saat harapan kita terwujud atau lebih besar dari yang kita harapkan bener ga?!? Lalu kita merasa bahagia luar biasa, dan berfikir akan bahagia terus. Sebaliknya, saat harapan itu tidak terwujud maka kesedihan dan kekecawan yang hadir dalam benak dan perasaan kita. Lalu kita berfikir menjadi manusia paling sial seluruh hidupnya.

Suami menyadarkan saya, saat sata kepalang seneng, "iringi ucapan alhamdulillah dengan astagfirullah, karena akan ada perjuangan berat di depan.." saat itu saya merasa sebel, lagi seneng banget gitu, eh di"cut" untuk menahan kebahagiaan yang saya rasakan. Eh tapi ternyata apa yang disapaikannya bermakna dalam, ternyata seneng yang saya rasakan hanya berumur 2hari, berganti sedih dan gelisah.

Setelah datang sedih, rasanya malas berbuat apa-apa. Bahkan mungkin ada yang merasa paling sial sedunia, dan merasa hidup ini tidak adil, merasa tidak sanggup lagi menjalani hidup ini. Hmm, memang kesedihan itu tidak menyenangkan buat kita, tapi kalo kita mau bersusah sedikit berbicara dengan hati nurani, bahwa kesedihan ini bisa jadi ujian membuat kita lebih kuat, lebih dewasa dalam menjalani hidup ini. Terkadang manusi kalo mau berubah itu harus dipaksa dan penuh tempaan bukan, seperti kisah mutiara, batu permata atau keramik indah. Atau ujian itu karena Allah ingin bersihkan dosa kita di dunia hingga kita dipantaskan masuk surgaNya dan dijakan kita manusia soleh. Atau ujian itu untuk mengistirahatkan diri kita dari gemerlap dunia yang semu. Kalau kita masih belum bisa menangkap hikmah yang ada dibalik kesedihan ini, paling tidak berfikirlah bahwa sedih di dunia bukanlah kesedihan yang kekal.

Hei, ternyata begitu lah bahagia dan sedih di dunia, dia tidak bersifat kekal. Bahkan bisa jadi harapan kita yang di wujudkan oleh Yang Maha Kuasa adalah mengandung amanah yang berat yang harus kita tunaikan di kemudian hari. Dan itu lah hidup, bahagia dan sedih akan bergantian datang kepada diri kita, apabila kita bisa mensikapi dengan yang seharusnya, bahagia tidak berlebihan pun sedih tidak berlebihan, maka hidup yang kita jalani akan terasa sangat nyaman. Semua yang kita lakukan, respon yang kita tunjukan, keputusan yang kita ambil, semua dalam rangka mengumpulkan batu pembuat jalan menuju pintu surga, dimana kebahagian kekal akan terjadi.

Ya begitu lah, semoga perenungan ini bisa bermanfaat juga buat yag ngebaca, ya paling tidak bisa jadi pengingat diri saya sendiri. ;) Okelah, caooo...!!

No comments:

Post a Comment

Tweet
Share
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Rainbow